Wednesday, May 5, 2010

THE WITCHER




DIBUKA DENGAN SEBUAH FMV yang panjang dan mengundang decak kagum, The Witcher seolah menyatakan diri jika ia bukanlah sebuah game RPG biasa. Dan kami setuju. Game ini memang luar biasa. Ia melakukan inovasi dan banyak hal yang membuatnya berbeda dengan game se-jenis yang pernah Anda mainkan.
Hal paling sederhana, dalam game ini Anda tidak diberi kesempatan mencip-takan karakter. Hanya ada satu karakter yang bisa dimainkan, yaitu Geralt of Trivia, seorang Witcher, pemburu monster bayaran berdarah mutant yang terkenal dengan gelar White Wolf. Berambut pu-tih dan bercodet melintas mata, sosoknya sepintas tampak “angker” dan dingin, namun ternyata tak butuh waktu lama bila Anda ingin mengubahnya menjadi seorang playboy nomor satu.
Sebelumnya kami peringatkan bahwa
The Witcher tidak cocok bagi anak-anak atau mereka yang di bawah umur. Game ini ditujukan untuk orang dewasa. Asumsi ini bukan karena banyaknya pertumpahan darah, melainkan justru karena aspek moral didalamnya.
The Witcher tidak menggunakan metode RPG klasik yang membedakan karakter dalam tiga sifat (baik, netral, dan jahat), melainkan membuat semua karakternya bersifat abu-abu. Tidak ada yang benar-benar baik di sini. Bahkan Geralt pun tidak terkecuali. Sekuat apa-pun Anda berusaha membuatnya jadi baik, sulit untuk menjadi benar-benar baik, terutama apabila sudah menyang-kut urusan wanita. Jika Anda mau, Geralt bisa bercinta dengan banyak wanita yang ditemuinya. Meskipun tidak ditampilkan secara vulgar, tapi adegannya cukup un-tuk membuat Anda berfantasi yang tidak-tidak. Terlebih dengan penggambaran karakter wanitanya yang sangat bagus dan sering berbusana “mengundang”.
Tapi, untuk sementara lupakan soal wanita. Mari bicara gameplay. Untuk hal satu ini, The Witcher melakukan inovasi yang membuatnya berpotensi menjadi legendaris. Metode klik & slash ala Diablo tidak diadopsi mentah-mentah. Berkat inovasi penerapan timing yang tepat untuk melancarkan kombo, perkelahian
menjadi tidak monoton. Bahkan pengem-bangan karakter didesain sedemikian ru-pa sehingga attribute sekalipun memiliki cabang-cabang upgrade-nya tersendiri. Alur cerita merupakan kelebihan lain game ini. The Witcher sukses mengadap-tasi novel The Last Wish karya pengarang Rusia Andrzej Sapkowski. Konsekuensi cerita yang kuat menyebabkan game ini penuh FMV. Biarpun tidak menjemukan, tetapi berakibat pada loading yang cu-kup sering. Namun kekurangan ini tak menutup fakta bahwa The Witcher adalah game yang wajib dimiliki oleh setiap penggemar RPG—tentunya yang telah cukup dewasa Share

0 comments:

Post a Comment